SEJARAH SEMARANG
Rp 150.000
Penulis | : | Amen Budiman |
Tebal | : | xxiv + 560 halaman |
Dimensi | : | 15 x 23 cm |
Berat | : | 660 gram |
ISBN | : | 978-602-61966-6-8 |
Deskripsi
Sejarah Semarang
NAMA Amen Budiman identik dengan sejarah Semarang. Demikian identik, hingga ada yang mengatakan, tidak afdal mempelajari sejarah kota ini tanpa membaca tulisan-tulisan Amen Budiman. Meski berlanggam populer, teks-teks Amen kerap dijadikan rujukan dalam penulisan buku maupun karya ilmiah. Pendek kata, Amen dan karyanya mendapat tempat terhormat dalam studi mengenai sejarah Semarang.
Amen bisa dikatakan sebagai orang pertama yang serius meriset sejarah awal kota ini. Ketika para sejarawan akademik terkendala keterbatasan sumber, dia melakukan terobosan melalui penggunaan sumber-sumber tradisional. Amen membedah Babad Nagri Semarang, Serat Kandhaning Ringgit Purwa Naskah KBG Nomor 7, Serat Kandha Naskah KBG Nomor 540, 575, Serat Primbon Naskah KBH Nomor 60, Serat Wali Sana, Babad Tanah Jawi edisi Meinsma, Babad Demak edisi R.L. Mellema, dan Babad Nitik, serta menggunakan literatur pendukung, antara lain naskah Het Noorden, karya-karya akademik H.J. De Graaf, Th.G.Th. Pigeud, B.J.O. Schrieke, dan D.A. Rinkes. Untuk mereduksi bias dan anakronime, dia menggunakan metode sejarah untuk penyusunan karyanya. Dalam batas-batas tertentu, Amen melakukan kritik dan interpretasi terhadap sumber-sumber tradisional itu.
Dari karya Amen Budiman kita bisa mendapatkan narasi relatif utuh mengenai sejarah Semarang periode awal. Dari hasil kerjanya pula kita memperoleh banyak informasi yang terus direproduksi hingga sekarang, seperti tokoh pendiri Kota Semarang dan asal-usul nama Semarang. Tak berhenti di situ, dia kemudian melanjutkan risetnya ke periode Pajang, Mataram Islam, VOC, penjajahan Belanda, Inggris, hingga akhir masa kolonial.
Amen Budiman memulai debutnya sebagai penulis sejarah pada tahun 1974. Mula-mula dia mengisi rubrik “Semarang Kuno” di harian Suara Merdeka secara anonim. Sesuai namanya, rubrik itu menyajikan informasi kesejarahan Kota Semarang yang dikemas dalam format foto dan teks ringkas. Setahun kemudian dia mengisi rubrik baru bernama “Semarang Riwayatmu Dulu”. Secara konsep, rubrik ini hampir sama dengan “Semarang Kuno”, hanya teks-nya jauh lebih panjang, dan nama Amen Budiman sebagai penulis dimunculkan. Seperti termaktub di pengantar tulisan, Amen menganggap, dalam hal penyusunan historiografi kota, Semarang tertinggal dibanding kota-kota besar lain, terutama Jakarta dan Surabaya.
“Jika Jakarta telah memiliki Oud Batavia karya Dr. F. de Haan dan Surabaya mempunyai Oud Soerabaia serta Nieuw Soerabaia, keduanya karya G.H. von Faber, Semarang belum memiliki buku sejarah semacam itu. Benar, bahwa pada tahun 1933, penerbit Ho Kim Yoe di Semarang menerbitkan buku Riwajat Semarang karangan mendiang Liem Thian Joe. Namun, meski menggunakan judul Riwajat Semarang, buku itu lebih banyak menyuguhkan sejarah orang-orang Tionghoa di Semarang. Liem Thian Joe tidak membahas riwayat kota dengan masyarakatnya yang majemuk ini secara total.”
Ya, semenjak awal Amen Budiman telah meniatkan “Semarang Riwayatmu Dulu” sebagai teks sejarah yang akan disusun menjadi buku. Maka, sejak kali pertama muncul pada 10 Januari 1975, dia mengisi rubrik itu dengan gairah meluap. “Semarang Riwayatmu Dulu” terbit satu halaman penuh setiap hari Jumat di halaman VI. Rupanya tulisan-tulisan Amen disukai pembaca, hingga selalu dinantikan kehadirannya. Tentu saja respons positif itu memberikan energi tambahan kepada dia untuk melanjutkan serialnya. Dari minggu ke minggu, karya Amen terus hadir dengan tema yang runtut mengikuti periodisasi sejarah Indonesia.
Amen sangat serius dalam menyusun tulisan-tulisannya. Dalam hal ini dia menggunakan sumber yang tak bisa disebut kaleng-kaleng. Sumber-sumber yang diburu hingga ke negeri Belanda itu cukup beragam, mulai dari babad, dokumen resmi, catatan perjalanan, buku babon, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar, peta, dan foto-foto lama, hingga cerita tutur. Semuanya diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan karya sejarah populer yang tidak hanya menarik tapi juga penting.
Beragam aspek kesejarahan Semarang dia kupas, mulai dari dinamika politik, ekonomi, sosial, hingga kebudayaan. Ada riwayat perkembangan kota, kisah para bupati, pertumbuhan agama dan kepercayaan, wabah penyakit, perkembangan pers dan penerbitan, toponimi kampung, sejarah transportasi, riwayat tokoh terkenal, konflik dan peperangan, tradisi pernikahan, permainan tradisional, hingga ragam kuliner kuno yang telah hilang. Di luar itu, dia juga menyajikan kisah-kisah kecil yang menarik. Misalnya mengenai kebiasaan pesta pora dan praktik korupsi para pejabat VOC, perampokan di sebuah kampung di tepi Kali Semarang, perjumpaan pelaut Inggris dengan seekor tokek, kenakalan para siswa sekolah militer, kehidupan narapidana di dalam penjara, gaya hidup crazy rich Semarang tempo doeloe, pelesiran orang-orang Eropa di dunia malam, hingga kepercayaan terhadap pesugihan dan makhluk halus di kalangan masyarakat pribumi pada masa silam. Tak dinyana, rubrik “Semarang Riwayatmu Dulu” sanggup bertahan lebih dari dua tahun. Amen baru mengakhiri serialnya di tulisan nomor 99, pada 4 Maret 1977.
“Semarang Riwayatmu Dulu” serta-merta mendongkrak popularitas Amen Budiman. Sejak itu namanya mulai dikenal sebagai penulis sejarah yang diperhitungkan. Dalam penyusunan buku Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang (terbit tahun 1977), misalnya, Amen dilibatkan sebagai tim penulis. Tak berhenti di situ, dia kemudian kerap melakukan riset untuk penulisan buku-buku berikutnya. Mulai dari Semarang Juwita (1979), Masyarakat Islam Tionghoa Indonesia (1979), Lelaki Perindu Lelaki (1979), Penggunaan Metodologi Metafisika dalam Penelitian Sejarah dan Tawarikh Wali Songo (1980), Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya bagi Pembangunan Bangsa dan Negara (1987), Gay Pilihan Jalan Hidupku: Pengakuan Seorang Priyayi Jawa Zaman Penjajahan Belanda (1989), Babad Banyumas (1990), serta Kudus: Sejarah, Masyarakat, dan Kebudayaannya (1993). Khusus buku Rokok Kretek, yang pada tahun 2016 diterbitkan ulang oleh Kepustakaan Populer Gramedia dengan judul Hikayat Kretek, disusun Amen bersama sejarawan Onghokham.
Kembali ke serial “Semarang Riwayatmu Dulu”, Amen akhirnya berusaha mewujudkan niatnya membukukan kumpulan tulisan itu. Dia merancang penerbitannya dalam empat jilid. Jilid pertama sampai ketiga direncanakan berisi tentang sejarah Kota Semarang, sedangkan jilid keempat mengenai masyarakat dan kebudayaannya. Buku Semarang Riwayatmu Dulu Jilid I diterbitkan oleh penerbit Tanjung Sari Semarang pada 1978. Isinya fokus pada sejarah awal Kota Semarang, sejak era Mataram Kuno hingga hijrahnya Ki Ageng Pandan Arang II (Pangeran Mangkubumi) ke Tembayat. Jika dihitung, jilid pertama itu hanya memuat 12 dari total 99 tulisan serialnya. Meski demikian, Amen tidak menyajikan ke-12 tulisan itu secara wantah. Dia mengolahnya kembali dengan tambahan data, foto, dan ilustrasi.
Namun, rencana Amen Budiman untuk membukukan seluruh tulisan “Semarang Riwayatmu Dulu” tak pernah kesampaian. Setelah penerbitan buku jilid pertama, dia disibukkan oleh banyak aktivitas, mulai dari menulis artikel, seminar, riset untuk penulisan buku-buku lain, bergiat di lapangan seni-budaya, hingga aktif di sejumlah organisasi. Sampai akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia pada 1994, Amen Budiman tidak sempat lagi mewujudkan cita-citanya.
Penerbitan buku Sejarah Semarang ini diniatkan untuk melanjutkan rencana Amen Budiman. Namun beda dari rancangan awal, kami menerbitkan seluruh tulisan sekaligus dalam sebuah buku, termasuk 12 tulisan yang telah terbit di jilid I. Judul Sejarah Semarang dipilih untuk menghindari kerancuan terhadap buku Semarang Riwayatmu Dulu Jilid I. Ringkas kata, buku ini berisi 99 tulisan Amen Budiman mengenai sejarah Semarang beserta aspek-aspek kebudayaan masyarakatnya pada masa silam.