TENAGA MANUSIA
Rp 70.000
Penulis | : | Semaun |
Tebal | : | xxxvi + 196 halaman |
Dimensi | : | 14,5 x 21 cm |
Berat | : | 250 gram |
ISBN | : | 978-602-61966-5-1 |
Deskripsi
Tenaga Manusia – Postulat Teori Ekonomi Terpimpin
MESKI buku mengenai Semaun telah banyak diterbitkan, gambaran tentang dirinya seperti tak pernah lengkap. Hampir semua buku bisa dikatakan hanya memotret sang tokoh pergerakan nasional itu secara parsial. Sosok Semaun dihadirkan sepotong, khususnya pada periode paling bergelora dalam hidupnya: tahun belasan hingga awal 1920-an. Bagaimana kehidupan mantan pemimpin Sarekat Islam Semarang itu selama menjalani masa pembuangan di Eropa lalu kembali ke Tanah Air pada 1953 hingga meninggal pada 1971? Bagaimana pula pemikiran dan sepak terjangnya di dunia pergerakan saat usianya merambat senja? Sejauh ini belum banyak yang mengungkap.
Tenaga Manusia: Postulat Teori Ekonomi Terpimpin bukanlah biografi. Meski demikian, ia serupa kepingan puzzle yang dapat melengkapi gambaran utuh mengenai Semaun. Buku yang ditulis pada 1950-an ini merupakan prisma pemikiran Semaun tua. Pemikiran yang merepresentasikan pergulatannya semenjak belia hingga melanglang buana selama 30 tahun di Eropa. Di dalam buku ini, Semaun menyampaikan buah pikiran mengenai pembangunan ekonomi sosialis ala Indonesia dalam konteks Demokrasi Terpimpin. Buah pikiran yang menunjukkan lompatannya dari seorang aktivis pergerakan menjadi perencana negara. Menarik, buku yang separuh bagiannya adalah naskah akademik (semacam disertasi) sebagai syarat pemberian gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Padjadjaran ini justru disebut-sebut menjadi tengara pergeseran Semaun dari seorang komunis menjadi revisionis. Dari seorang kiri menjadi kanan.
Ya, buku ini diterbitkan kembali dengan harapan bisa menjadi kepingan puzzle yang melengkapi gambaran utuh mengenai Semaun. Seperti kita tahu, Semaun adalah salah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia modern. Ia sosok yang oleh Takashi Shiraishi disebut berkontribusi membawa Jawa memasuki zaman bergerak (an age in motion). Ia agen perubahan paling cemerlang di Hindia Belanda pada awal abad ke-20.
Namun sayang, sejarah tak berpihak kepadanya. Peran besar Semaun seperti dihilangkan. Pasca-Peristiwa 1965, pemerintahan Orde Baru memukul rata semua elemen yang dianggap kiri. Semaun memang tak terkena aksi pembersihan itu, namun sosok dan perannya sebagai perintis kemerdekaan Indonesia dikubur dalam-dalam. Namanya disingkirkan dari buku-buku pelajaran sejarah.
Padahal Semaun, seperti dua rekannya di Sarekat Islam Semarang, yakni Tan Malaka dan Darsono, jauh-jauh hari telah memilih hengkang dari PKI. Mereka, karena perbedaan prinsip, kemudian membentuk atau hijrah ke wadah pergerakan baru. Tan Malaka mendirikan Partai Rakyat Indonesia (Pari) dan kemudian Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Adapun Semaun belakangan bergabung dengan partai Murba, yang kelak pada 1973 dipaksa berfusi oleh Orde Baru ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada akhir hidupnya, ia lebih banyak mendarmabaktikan diri pada dunia pendidikan. Semaun menjadi pengajar ekonomi bergelar Doktor Honoris Causa di Universitas Padjadjaran.
Kali pertama diterbitkan pada 1961, Tenaga Manusia, Postulat Teori Ekonomi Terpimpin menggunakan ejaan Soewandi. Demi kenyamanan pembaca sekarang, kami sengaja mengubahnya ke dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Kata atau idiom lama yang bersifat khas sebisa mungkin dipertahankan dengan catatan penjelas, namun kalimat yang sulit dipahami dikonstruksi ulang tanpa mengubah makna dan meninggalkan gaya khas penulis. Nama Semaoen ditulis Semaun karena sesuai dengan yang tertulis di buku Tenaga Manusia terbitan pertama.